KH A Hamid Mannan Munif, Pengasuh Pondok Pesantren Nasyrul Ulum Aengdake, Bluto, Sumenep mengimbau pada santri agar mengamalkan ilmu yang telah diperoleh dari pesantren.
“Tetaplah menjadi santri yang terus tersambung dengan guru. Karena guru selamanya guru. Tidak asa bekas guru,” ujarnya saat memberi tausiyah di acara Haflah Akhir Sanah, Rabu (22/06/2022) di Auditorium Ar-Rochmah.
Di kesempatan yang sama, Kiai Zamzami Sabiq Hamid, Wakil Pengasuh Pesantren Nasyrul Ulum mengungkapkan, santri yang telah diwisuda harus melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Karena ilmu tidak hanya ditempuh dalam kurun waktu tiga atau enam tahun saja.
“Filosofi wisuda adalah santri bisa merefleksikan diri bahwa pakaian yang berwarna hitam yang dilengkapi dengan toga, menandakan pekatnya kekurangan yang dimiliki sehingga santri terus menuju ke jalan penuh dengan cahaya Allah yang menuntun kita pada kebaikan,” ungkap Sekretaris Pengurus Cabang (PC) Rabithah Ma’ahid Al-Islamiyah Nahdlatul Ulama (RMINU) Sumenep itu.
Tak hanya itu, pihaknya berupaya memantapkan dan mengoptimalkan program pesantren yang sudah berjalan. Namun tidak menutup kemungkinan untuk menambah beberapa program yang sesuai dengan minat dan bakat santri.
Disebutkan pula, ada 46 santri yang diwisuda pada haflah akhir sanah kali ini. Juga ditetapkannya Fika Dewi Lestari dan Nur Latifah sebagai santri berprestasi.
Dosen Institusi Ilmu Keislaman Annuqayah (Instika) Guluk-guluk itu menegaskan, pihak yayasan berusaha untuk memfasilitasi santri berprestasi untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
“Kami turut bahagia ketika santri sudah diterima di beberapa perguruan tinggi, seperti di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Madura, Universitas Trunojoyo Madura (UTM) dan Universitas Airlangga (Unair) Surabaya. Berangkat dari kegigihan santri, kami akan memfasilitasinya untuk menempuh ke jenjang lebih tinggi,” pungkasnya.